Namaku Andi, sekitar 15 tahun yang lalu, saat aku hendak pulang
kuliah dari lokasi kampus yang berada di kawasan Sampangan, Semarang,
seringkali aku melakukan kegiatan rutin, yaitu rutin untuk mampir
sekadar mencari hiburan.
Sekitar 100 menit jantung ini dibuat deg-degan menikmati adegan film. Selesai nonton, buru-buru aku cabut untuk ngejar omprengan karena angkutan umum sudah tidak ada. Saat itu, aku menunggu omprengan di depan perempatan Peterangan yang cukup lenggang, karena udah hampir jam 12 malam. Hanya ada beberapa orang yang berseliweran, tampak juga mobil-mobil yang malam itu hanya ada beberapa saja yang melintas.
Pikiran sudah melayang entah kemana bersamaan asap rokok yang mengepul dari mulut. Beberapa menit berselang ada suara halus menegurku dari belakang, cukup mengagetkan memang. Tapi di satu sisi seperti percaya gak percaya ternyata dia wanita muda putih dan cantik. Lalu kita memulai percakapan dengan beberapa pertanyaan.
“Mau ke mana mas?” tanyanya lembut.
“Karangayu? jawabku sopan.
“Kamu sendiri ke mana mbak?” tanyaku kemudian.
“Tanjungmas, mau nganter?” tawarnya penuh pesona.
“Kenapa nggak!?”
Nggak lama kemudian, kami naik angkutan tujuan ke Tanjungmas. Setelah naik, tiba-tiba saja kendaraan melaju, meskipun tidak ada penumpang lain. Aku tidak mau ambil pusing, yang ada hanya kebanggaan yang luar biasa, ternyata orang seperti aku bisa juga berkenalan dengan wanita cantik seperti dia.
Anehnya, hanya dalam hitungan menit, kami sampai di pintu pelabuhan Tanjungmas, di suatu tempat, di mana di sana ada gardu listrik yang besar dan jalan masuk ke sebuah perkampungan yang sunyi.
Seteleah menyusuri jalan, kami pun akhirnya tiba di rumah si cantik itu. Tiba di rumah, aku disuguhi beberapa potong kue dan air minum, tapi semuanya tak kupedulikan, karena mata, tangan dan tatapan ini tak mau lepas darinya. Seperti tersadar, aku beristighfar. Lantas aku segera pamit pulang, tapi si wanita cantik itu menahanku dengan keras.
Aku tak mau kalah, dengan berbagai cara aku meninggalkan rumah itu, sambil terus-menerus mulutku berkomat kamit mengucapkan Asma Allah.
Saat berhasil keluar dari rumah tersebut, aku malah menjadi kebingungan, jalan yang tadi aku lewati ternyata areal pertambakan dan semak belukar. Meski panik, aku terus beristighfar, Alhamdulillah ada suara adzan, dan tidak lama kemudian aku melihat lampu jalanan di seberang yang menandakan menuju jalan pulang. Alhamdulillah berkat suara adzan aku selamat dari sergapan hantu wanita tersebut.
0 comments:
Post a Comment